PT MRT Jakarta Umumkan 7 Startup Terpilih Program MRTJ Accel 2021
(sumber: mediaindonesia.com)
PT MRT Jakarta mengumumkan delapan startup yang terpilih untuk mengikuti program MRTJ Accel batch kedua. Kedelapan startup ini terpilih dari total 44 peserta yang mendaftarkan diri. Penyelenggaraan program akselerator ini bertujuan untuk menciptakan produk atau layanan yang dapat menambah pengalaman para pengguna MRT.
Selama 20 minggu, kedelapan peserta akan memperoleh akses ke ekosistem MRT Jakarta seperti pengguna MRT, Ratangga (gerbong kereta MRT), fasilitas stasiun, dan area di sekitar stasiun. Mereka juga bakal mendapat pendampingan dari mentor internal dan founder startup serta perusahaan modal ventura.
Kedelapan startup yang terpilih dalam batch kedua ini antara lain:
Dalam situs resmi MRTJ Accel, beberapa mentor yang terlibat dalam progam akselerator ini adalah President BukaFinancial & Digital Bukalapak Victor Lesmana, CEO Tiket.com George Hendrata, Vice President East Ventures Devina Halim, CEO Jojonomics Indrasto Budisantoso, dan lainnya.
Dengan adanya kolaborasi antara MRT Jakarta dan sejumlah startup, pihak Shipper berharap dapat memaksimalkan jaringan bisnis MRT Jakarta untuk membangun fondasi bagi pengembangan logistik digital.
“Secara prinsip Shipper ingin memperkuat e-commerce dan ekonomi digital Indonesia yang berkembang dengan menyelaraskan ekosistem logistik melalui teknologi, data, dan standar,“ kata Budi Handoko, Co-Founder & COO Shipper.
Direktur Utama MRTJ William Sabandar mengatakan pihaknya menyelenggarakan program akselerator dalam rangka meningkatkan ekonomi digital dan kontribusi terhadap akselerasi pemulihan ekonomi nasional.
Pogram MRTJ Accel yang pertama diselenggarakan pada tahun 2020 dengan total peserta terpilih sebanyak 9 startup yaitu Bobobox, Jakarta Bike Hub, PasarPolis, Mapid, MainGame, Jejak.IN, Sonicboom, Nodeflux, dan Rekosistem.
(sumber: id.techinasia.com)
JAKARTA, KOMPAS.TV – Berkolaborasi dengan usaha rintisan atau startup mulai dilakukan MRT Jakarta.
Melalui program MRT Akselerator, MRT melirik startup karya anak bangsa yang bisa berkontribusi untuk kinerja MRT.
PT MRT Jakarta (Perseroda) meluncurkan program Kolaborasi Bisnis dengan perusahaan (startup) teknologi Indonesia, bernama MRTJ Accel.
Dalam program ini, selama 20 minggu, perusahaan rintisan teknologi terpilih akan memiliki akses ke ekosistem MRT Jakarta, seperti pengguna jasa MRT Jakarta, fasilitas stasiun, ratangga, dan area di kawasan berorientasi transit di sekitar stasiun.
Head of Business Expansion MRT Jakarta Nicodemus Winata menyebut, industri yang bergabung dengan MRT memiliki beragam background.
MRT mencari industri mana yang cocok untuk bisa masuk ke dalam ekosistem MRT.
Sebelumnya, ada proses yang harus dilalui para startup, pertama proses apply. Lalu masuk ke seleksi pertama dimana akan ada komite yang menyeleksi proposal terlebih dahulu.
Setelah itu di seleksi ke-2 para startup yang mendaftar dan lolos pada seleksi pertama akan mempresentasikan proposalnya.
Pada batch pertama terpilih 9 dari 60 startup yang bergabung dengan ekosistem MRT.
Sebelum bergabung dengan MRT, Nicodemus memberi tips, agar para perintis usaha harus mengerti tentang MRT Jakarta, mencari tahu terlebih dahulu apa-apa saja yang dibutuhkan MRT dalam berkolaborasi dengan startup.
Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT MRT Jakarta (Perseroda) meluncurkan program Kolaborasi Bisnis dengan perusahaan rintisan (startup) teknologi Indonesia, bernama MRTJ Accel.
Dalam program ini, selama 20 minggu, perusahaan rintisan teknologi terpilih akan memiliki akses ke ekosistem MRT Jakarta, seperti pengguna jasa MRT Jakarta, fasilitas stasiun, ratangga, dan area di kawasan berorientasi transit di sekitar stasiun.
Setiap perusahaan rintisan teknologi akan menciptakan produk komersil atau solusi-solusi yang bermanfaat bagi pengguna jasa MRT Jakarta.
“Tujuan utama program ini adalah menciptakan kerja sama menguntungkan bagi perusahaan dan perusahaan rintisan teknologi tersebut. Dan, tentunya akan berdampak baik bagi peningkatan pendapatan, penjenamaan (branding), hingga pengalaman pengguna jasa MRT Jakarta,” ujar Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar, dikutip dari keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Selasa (23/6).
MRT Jakarta menilai bahwa perusahaan rintisan teknologi tersebut akan mendapatkan banyak keuntungan melalui kolaborasi ini seperti peningkatan nilai karena calon investor akan melihat perusahaan sebagai mitra yang menarik.
Dalam program ini, perusahaan rintisan terpilih juga mendapat pendampingan dari tim internal MRT Jakarta dan sejumlah pendiri dan pionir perusahaan rintisan dan venture capital.
Salah satu pendamping perusahaan startup di MRTJ Accel, Director of Payment, Fintech and Virtual Products Bukalapak Victor Lesmana bilang, peran kolaborasi antara perusahaan dan perusahaan startup teknologi saat ini menjadi signifikan.
“Untuk mewujudkan Masyarakat Aman, Sehat, Produktif, banyak bentuk interaksi sosial dan keberlangsungan bisnis yang harus dimediasi teknologi digital. Tentu saja, hal tersebut membutuhkan adaptasi dan kolaborasi. Sehingga, ini saat yang tepat bagi PT. MRT Jakarta untuk membuka kolaborasi dengan perusahaan startup teknologi,” ujarnya.
Teknologi digital memiliki peran signifikan untuk memediasi interaksi sosial dan ekonomi, guna mendukung Masyarakat “Aman-Sehat-Produktif”. Kondisi tersebut menciptakan peluang bagi berkembangnya ekonomi digital, khususnya perusahaan rintisan teknologi di Indonesia.
“Dengan jumlah startup berkisar di 2.100 perusahaan, menjadikan Indonesia urutan ke-5 untuk industri startup secara global, di belakang Amerika Serikat, India, Britania Raya dan Kanad,” lanjutnya.
Pendaftaran program ini telah dibuka sejak Senin (8/6) melalui situs web accel.jakartamrt.co.id.
Adapun sejumlah persyaratan bagi perusahaan rintisan yang berminat dalam program ini, seperti sudah memiliki produk, memenuhi syarat entitas lembaga (NPWP, SIUPP, TDP), warga negara Indonesia (yang dibuktikan dengan KTP), diutamakan yang sudah memiliki beberapa klien atau pelanggan.
Kontan.co.id
City-owned public transportation company PT MRT Jakarta is reviewing plans to switch to a new business model after suffering a dramatic fall in ridership during large-scale social restrictions (PSBB) for the COVID-19 outbreak.
“[The new business plan] will provide new business values for MRT Jakarta. This is what we call ‘business beyond normal’,” MRT Jakarta president director William Sabandar said during a press briefing on Thursday.
He added that the model would combine three business components he referred to as “beyond ridership, beyond physical mobility and beyond transport network”.
As the MRT operator can no longer rely on ridership as a business parameter, it will prioritize non-farebox income in its beyond ridership scheme while promoting the branding value of living a healthy lifestyle.
Empty spaces in MRT stations will be used for coworking spaces equipped with various features, including video conferencing.
In addition, MRT Jakarta will push for the development of mobile ticketing, smart vending machines, cashless retail transactions, online training for start-ups and small and medium-sized businesses as well as delivery services.
The beyond physical mobility component will focus on virtual mobility to develop digital businesses, including the use of websites and social media for advertising and other commercial purposes.
The operator recently launched MRTJ accelerator with aims to collaborate with start-ups in its digital activities. The program was slated to start between August and September.
“MRT Jakarta is inviting local start-ups to help us develop digital ecosystems along MRT Jakarta routes and MRT Jakarta TOD areas,” William said, referring to the transit-oriented development.
The approach is in line with the beyond transport network component, which will focus on not only developing more routes but also connecting areas around MRT stations for urban regeneration, especially in the upcoming second phase of the MRT Jakarta, which stretches from the Hotel Indonesia traffic circle in Central Jakarta to Kota in West Jakarta.
The number of MRT Jakarta passengers dropped dramatically during the implementation of PSBB measures between April and June. The operator served an average of 90,000 to 100,000 passengers daily between January and mid-March, but the number dropped to 5,000 in April and 2,000 in May.
Since the city began easing restrictions on Monday, the number of passengers has slowly risen to 13,000 a day.
“However, the increase is yet to be significant because some businesses and malls have yet to resume operations until [June 15],” William said, projecting the figure to rise to 60,000 to 70,000 in July. [Budi Sutrisno]
Jakarta Post
Jakarta (ANTARA) – MRT Jakarta akan menggandeng perusahaan rintisan (start up) sebagai strategi bisnis baru untuk mengembangkan ekosistem digital melalui fasilitas-fasilitas milik perusahaan itu melalui program bernama “MRTJ accel”.
“Jadi kami mengajak ‘start up’ lokal untuk berkolaborasi dengan MRTJ dengan mengembangkan ekosistem digital di sepanjang fasilitas MRT Jakarta dan kawasan TOD (Kawasan terintegrasi) MRT Jakarta,” kata Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar dalam paparannya terkait strategi bisnis MRT Jakarta menyongsong normal baru dalam diskusi virtual, di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, program ini saling menguntungkan bagi kedua pihak. Bagi mereka karena dapat mengembangkan bisnis pakai fasilitas MRT Jakarta, sedangkan bagi MRT Jakarta akan mendapatkan pendapatan dari selain bisnis utama.
Seperti diketahui perusahaan rintisan adalah perusahaan yang terbilang baru dan berbasis digital sehingga masih membutuhkan pengembangan-pengembangan untuk menghasilkan keuntungan dan saat ini muncul dengan pesat beriringan dengan perkembangan teknologi.
Keberadaan perusahaan rintisan ini dinilai MRT Jakarta sebagai peluang yang dapat membantu pendapatan dari penjualan nontiket (nonfarebox).
William mengatakan perusahaan rintisan yang ingin terlibat dalam program ‘MRTJ accel’ itu dapat mendaftarkan perusahaannya secara daring ke situs accel.jakartamrt.co.id yang telah dibuka sejak 8 Juni hingga 10 Juli 2020.
Jika berhasil melewati proses seleksi, nantinya para tim dari perusahaan rintisan itu akan mendapatkan pelatihan dari para pendiri “start up” yang sudah terkenal seperti BukaLapak serta BeliMobilGue.
“Mungkin pada Agustus-September 2020, kita sudah bisa lihat hasilnya di fasilitas-fasilitas MRT karya dari para ‘start up’ terpilih,” kata William.
Di era normal baru, MRT Jakarta akan mengubah model bisnisnya yang sebelumnya hanya berbasis pada pendapatan penjualan tiket, akan merambah pada pendapatan dari nonpenjualan tiket.
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2020
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — MRT Jakarta akan menggandeng perusahaan rintisan (startup) sebagai strategi bisnis baru untuk mengembangkan ekosistem digital. Ekosistem digital ini akan dikembangkan melalui fasilitas-fasilitas milik MRT Jakarta melalui program bernama ‘MRTJ accel’.
“Jadi kami mengajak startup lokal untuk berkolaborasi dengan MRTJ dengan mengembangkan ekosistem digital di sepanjang fasilitas MRT Jakarta dan kawasan TOD (Kawasan terintegrasi) MRT Jakarta,” kata Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar dalam paparannya terkait strategi bisnis MRT Jakarta menyongsong normal baru dalam diskusi virtual, di Jakarta, Kamis (11/6).
Ia menjelaskan, program ini saling menguntungkan bagi kedua pihak. Bagi mereka karena dapat mengembangkan bisnis pakai fasilitas MRTJakarta, sedangkan bagi MRT Jakartaakan mendapatkan pendapatan dari selain bisnis utama.
Seperti diketahui perusahaan rintisan adalah perusahaan yang terbilang baru dan berbasis digital sehingga masih membutuhkan pengembangan-pengembangan untuk menghasilkan keuntungan dan saat ini muncul dengan pesat beriringan dengan perkembangan teknologi.
Keberadaan perusahaan rintisan ini dinilai MRT Jakarta sebagai peluang yang dapat membantu pendapatan dari penjualan nontiket (nonfarebox).
William mengatakan perusahaan rintisan yang ingin terlibat dalam program ‘MRTJ accel’ itu dapat mendaftarkan perusahaannya secara daring ke situs accel.jakartamrt.co.id yang telah dibuka sejak 8 Juni hingga 10 Juli 2020.
Jika berhasil melewati proses seleksi, nantinya para tim dari perusahaan rintisan itu akan mendapatkan pelatihan dari para pendiri startup yang sudah terkenal seperti BukaLapak serta BeliMobilGue.
“Mungkin pada Agustus-September 2020, kita sudah bisa lihat hasilnya di fasilitas-fasilitas MRT karya dari para startup terpilih,” kata William.
Di era normal baru, MRT Jakarta akan mengubah model bisnisnya yang sebelumnya hanya berbasis pada pendapatan penjualan tiket, akan merambah pada pendapatan dari nonpenjualan tiket.
Nidia Zuraya/Republika
Jakarta, TopBusiness – Kinerja PT MRT Jakarta (Perseroda) di tahun pertama beroperasi langsung menorehkan hasil yang luar biasa. Hal ini tak lepas dari respon pengguna Moda Raya Transportasi atau Mass Rail Transit (MRT) yang terus membeludak setiap harinya.
Tercatat dari mulai 1 April 2019 hingga akhir tahun lalu atau tahun pertama beroperasi total penumpang MRT mencapai 21.715.008. Angka ini berarti jika di rata-rata dalam setiap hari sebanyak 93.083 penumpang. Dengan respon publik yang positif itu, maka perseroan mencatat laba bersih di tahun pertama beroperasi sebesar Rp146,704 miliar dengan EBITDA mencapai Rp427,98 miliar. Suatu pencapaian yang luar biasa bagi perusahaan baru ini.
“Angka tersebut berarti net profit kita meningkat 207% dari tahun sebelumnya. Karena di 2019 itu kita baru beroperasi. Sementara empat tahun sebelumnya kita masih catatkan kerugian,” jelas Corporate Secretary Head Division PT MRT, Muhammad Kamaluddin, dalam proses penjurian virtual Top BUMD Award 2020 yang digelar oleh Majalah TopBusiness, Jumat (5/6/2020).
Sebagai moda transportasi yang menjadi kebanggaan publik, pengelolaan PT MRT memang cukup ciamik. Pasalnya, hal ini terlihat dari komposisi kontribusi pendapatan yang direngkuh perseroan ternyata lebih besar bukan bersumber dari tariff tiket yang dijual ke penumpang.
Tercatat, kontribusi terbesar dari periklanan mencapai 55%, kemudian kontribusi penamaan stasiun dengan brand korporasi lain atau naming rights sebanyak 33% yang terdiri dari stasiun Lebak Bulus Grab, Blok M BCA, Istora Mandiri, Setiabudi Astra, dan Dukuh Atas BNI. “Dan saat ini banyak stasiun yang sudah ditawar oleh perusahaan lain untuk naming rights itu,” imbuh dia.
Kontribusi selanjutnya berasal dari telekomunikasi sebesar 2%, kontribusi retail dan UMKM sebesar 1%, dan sisanya dari tiket. “Bahkan untuk pendapatan non farebox (non tiket) sepanjang 2019 lalu mencapai Rp225 miliar atau mengalahkan pendapatan tiket yang sebesar Rp160 miliar. Dari total pendapatan mencapai Rp931,89 miliar di tahun lalu,” terang dia.
Kinerja positif MRT juga bahkan sudah menyalip studi kelayakan (feasibility study) atau FS saat mau dibangun dulu. Saat FS dulu, ditargetkan ada 65 ribu perumpang per hari, namun realisasinya mencapai 93 ribu/hari. Bahkan sempat menembus 101 ribu penumpang per hari di Maret lalu. Termasuk juga pendapatan dari tiket itu lebih tinggi dari FS dulu. “Jadi dengan pendapatan ticketing itu yang kita capai Rp146 miliar, dulu saat FS itu hanya 80%-nya,” tandas dia.
Namun sebagai transportasi massal, MRT juga ikut terdampak akibat adanya pandemi Covid-19 itu. Dalam dua bulan terakhir penumpang turun secara drastis. Dalam dua bulan itu, penumpang hanya sebanyak 2.300 per hari. Untuk itu, perseroan menargetkan saat PSBB transisi itu bisa naik menjadi 20 ribu penumpang per hari. Kemudian bulan depan ke 40 ribu penumpang per hari.
“Dan di bulan September-Oktober sudah kembali lagi di atas angka FS. Dan ini ada skenarionya. Jadi kita sudah siap antisipasi dengan adanya pandemi ini. Bahkan kalau ada second wave (gelombang kedua Covid-19) kita tetap akan survive,” terang dia.
Selain pencapaian kinerja keuangan, PT MRT juga berhasil melakukan dua pencapaian penting yakni, pembangunan kawasan berorientasi transit DKA untuk TOD Dukuh Atas, dan kedua persetujuan dari Bank Indonesia untuk menerbitkan uang elektronik Multi Trip Ticket (MTT). Bahkan saat ini, perseroan mengembangkan lagi mekanisme transaksi melalui tiket QR (quick response) MRT Jakarta.
Lebih jauh Kamaluddin menegaskan, dengan mengemban tugas dari Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan pengelolaan pengintegrasian transportasi di Jabodetabek, maka pihaknya menggandeng PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan membentuk anak usaha dengan nama PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ).
Dan pencapaian selanjutnya adalah, peluncuran program MRTJ Acceleration (MRT Accel). Ini suatu proyek baru yang berfokus pada pengembangan kerja sama antara MRT Jakarta dan start up melalui program ini. Selama enam bulan perusahaan rintisan terpilih akan memiliki akses ekosistem pengguna jasa MRT, fasilitas stasiun, ratangga, dan area di kawasan berorientasi transit di sekitar stasiun.
Foto: Istimewa
Pendaftaran program ini akan mulai dibuka pada 8 Juni 2020
Meliat perkembangan startup digital di Indonesia yang sangat mengesankan, PT MRT Jakarta (Perseroda) merasa perlu turut terlibat dalam pengembangan ekosistemnya. Sebagai langkah awal, perusahaan meluncurkan program akselerator bernama “MRTJ ACCEL”. Program ini akan mulai dibuka pada 8 Juni 2020 mendatang.
Kegiatan tersebut akan berlangsung selama 6 bulan untuk startup yang terpilih. Peserta juga akan mendapatkan akses ekosistem MRT Jakarta seperti pengguna jasa MRT Jakarta, fasilitas stasiun, ratangga, dan area di kawasan berorientasi transit di sekitar stasiun. Selain itu juga akan mendapatkan pembinaan dari pihak MRT, mentor terpilih, hingga venture capital.
“Program ini bertujuan menciptakan kerja sama menguntungkan bagi perusahaan dan startup tersebut. Dan tentunya akan berdampak baik bagi peningkatan pendapatan, branding, hingga pengalaman pengguna jasa MRT Jakarta,” ungkap Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar.

Sebagai perusahaan transportasi massal perkotaan berbasis rel pertama di Indonesia, MRT Jakarta memiliki mandat untuk mengembangkan bisnis yang dimilikinya, salah satunya melalui pendapatan non-tiket seperti telekomunikasi, hak penamaan stasiun, retail, dan iklan. Selain itu, perseroan juga senantiasa mencari dan mengembangkan peluang bisnis baru, salah satunya melalui program kerja sama dengan platform digital.
Bagi startup yang tertarik mengikuti MRTJ ACCEL dapat melihat informasi di situs web accel.jakartamrt.co.id atau mendengarkan siaran elektronik di tautan berikut.
Source: Dailysocial
MRT Jakarta is a government-owned company formed to operate Jakarta’s mass rapid transit systems. The first subway service in the archipelago, it started operations in March last year.
Its new initiative, dubbed MRT Jakarta Accel, welcomes startups with innovative products or services, with the end goal of commercializing these solutions together with MRT Jakarta.
“Since this is our first accelerator program, we don’t focus on [any particular] industry, so all startups are encouraged to apply,” MRT Jakarta head of business expansion Nicodemus Winata told Tech in Asia.
Through the six-month program, selected startups will gain access to MRT Jakarta’s mobility ecosystem, including its passengers, station facilities, vehicles, and transit-oriented development areas around its stations.
They will also be mentored by the MRT Jakarta team and other members of the Asian startup community, including those from Bukalapak, BeliMobilGue, BRI Ventures, MDI Ventures, East Ventures, and Vertex Ventures.
Although direct funding from the company will not be part of the program, MRT Jakarta Accel hopes to open up more investment opportunities for the participating companies, Winata said.
Interested startups may apply starting June 8. To qualify, they must at least have a viable product and a team comprising of Indonesian citizens. MRT Jakarta is set to announce the qualified startups on July 30.
As part of the integration process, participating startups are expected to finalize the business model of their projects, which must be geared towards revenue creation. MRT Jakarta may consequently offer long-term agreements with startups based on the performance of their projects.
“Startups have brought many new solutions or services to Indonesia […] MRT Jakarta believes [that] through collaboration with startups, MRT Jakarta can solve mobility-related problems faster and more efficiently,” the company said on its website.
The company has earlier formed partnerships with startups such as Gojek, Grab, Ovo, and Moka for coordination of pick-up and drop-off points, payments, and point-of-sale services.
Source: Techinasia