Grow with MRT Jakarta Today
The objective of our programs is to create a partnership with startups and launch new solutions that will benefit both parties such as improve product scalability, market access, and engage customer experience.Through this program PT MRT Jakarta will collaborate with startups that has the ability to be in-line with PT MRT Jakarta’s Vision.
MRTJ Accel & Incubator is an initiatives program conducted by PT. MRT Jakarta to support the entrepreneurial develop their product to become impactful. They will have access to MRT Jakarta ecosystem to create an impactful innovation.
MRTJ Accel program is a 6-month start-up acceleration program. The goal is to create a mutual benefit by collaborating with innovative startup who able to give an impact for MRT Jakarta.
MRTJ Incubator is a 3 months program for pre-seed and angel-stage startups. The first 3 months, startup will identify and solve problems, develop products or solutions, and integrate with the internals of MRT Jakarta. Then, the startup will conduct product trials and product evaluation.
Recent News
Dukung perusahaan startup, MRT Jakarta luncurkan program MRTJ Accel
Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT MRT Jakarta (Perseroda) meluncurkan program Kolaborasi Bisnis dengan perusahaan rintisan (startup) teknologi Indonesia, bernama MRTJ Accel.
Dalam program ini, selama 20 minggu, perusahaan rintisan teknologi terpilih akan memiliki akses ke ekosistem MRT Jakarta, seperti pengguna jasa MRT Jakarta, fasilitas stasiun, ratangga, dan area di kawasan berorientasi transit di sekitar stasiun.
Setiap perusahaan rintisan teknologi akan menciptakan produk komersil atau solusi-solusi yang bermanfaat bagi pengguna jasa MRT Jakarta.
“Tujuan utama program ini adalah menciptakan kerja sama menguntungkan bagi perusahaan dan perusahaan rintisan teknologi tersebut. Dan, tentunya akan berdampak baik bagi peningkatan pendapatan, penjenamaan (branding), hingga pengalaman pengguna jasa MRT Jakarta,” ujar Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar, dikutip dari keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Selasa (23/6).
MRT Jakarta menilai bahwa perusahaan rintisan teknologi tersebut akan mendapatkan banyak keuntungan melalui kolaborasi ini seperti peningkatan nilai karena calon investor akan melihat perusahaan sebagai mitra yang menarik.
Dalam program ini, perusahaan rintisan terpilih juga mendapat pendampingan dari tim internal MRT Jakarta dan sejumlah pendiri dan pionir perusahaan rintisan dan venture capital.
Salah satu pendamping perusahaan startup di MRTJ Accel, Director of Payment, Fintech and Virtual Products Bukalapak Victor Lesmana bilang, peran kolaborasi antara perusahaan dan perusahaan startup teknologi saat ini menjadi signifikan.
“Untuk mewujudkan Masyarakat Aman, Sehat, Produktif, banyak bentuk interaksi sosial dan keberlangsungan bisnis yang harus dimediasi teknologi digital. Tentu saja, hal tersebut membutuhkan adaptasi dan kolaborasi. Sehingga, ini saat yang tepat bagi PT. MRT Jakarta untuk membuka kolaborasi dengan perusahaan startup teknologi,” ujarnya.
Teknologi digital memiliki peran signifikan untuk memediasi interaksi sosial dan ekonomi, guna mendukung Masyarakat “Aman-Sehat-Produktif”. Kondisi tersebut menciptakan peluang bagi berkembangnya ekonomi digital, khususnya perusahaan rintisan teknologi di Indonesia.
“Dengan jumlah startup berkisar di 2.100 perusahaan, menjadikan Indonesia urutan ke-5 untuk industri startup secara global, di belakang Amerika Serikat, India, Britania Raya dan Kanad,” lanjutnya.
Pendaftaran program ini telah dibuka sejak Senin (8/6) melalui situs web accel.jakartamrt.co.id.
Adapun sejumlah persyaratan bagi perusahaan rintisan yang berminat dalam program ini, seperti sudah memiliki produk, memenuhi syarat entitas lembaga (NPWP, SIUPP, TDP), warga negara Indonesia (yang dibuktikan dengan KTP), diutamakan yang sudah memiliki beberapa klien atau pelanggan.
Kontan.co.id
MRT Jakarta drafts new business model amid falling ridership
City-owned public transportation company PT MRT Jakarta is reviewing plans to switch to a new business model after suffering a dramatic fall in ridership during large-scale social restrictions (PSBB) for the COVID-19 outbreak.
“[The new business plan] will provide new business values for MRT Jakarta. This is what we call ‘business beyond normal’,” MRT Jakarta president director William Sabandar said during a press briefing on Thursday.
He added that the model would combine three business components he referred to as “beyond ridership, beyond physical mobility and beyond transport network”.
As the MRT operator can no longer rely on ridership as a business parameter, it will prioritize non-farebox income in its beyond ridership scheme while promoting the branding value of living a healthy lifestyle.
Empty spaces in MRT stations will be used for coworking spaces equipped with various features, including video conferencing.
In addition, MRT Jakarta will push for the development of mobile ticketing, smart vending machines, cashless retail transactions, online training for start-ups and small and medium-sized businesses as well as delivery services.
The beyond physical mobility component will focus on virtual mobility to develop digital businesses, including the use of websites and social media for advertising and other commercial purposes.
The operator recently launched MRTJ accelerator with aims to collaborate with start-ups in its digital activities. The program was slated to start between August and September.
“MRT Jakarta is inviting local start-ups to help us develop digital ecosystems along MRT Jakarta routes and MRT Jakarta TOD areas,” William said, referring to the transit-oriented development.
The approach is in line with the beyond transport network component, which will focus on not only developing more routes but also connecting areas around MRT stations for urban regeneration, especially in the upcoming second phase of the MRT Jakarta, which stretches from the Hotel Indonesia traffic circle in Central Jakarta to Kota in West Jakarta.
The number of MRT Jakarta passengers dropped dramatically during the implementation of PSBB measures between April and June. The operator served an average of 90,000 to 100,000 passengers daily between January and mid-March, but the number dropped to 5,000 in April and 2,000 in May.
Since the city began easing restrictions on Monday, the number of passengers has slowly risen to 13,000 a day.
“However, the increase is yet to be significant because some businesses and malls have yet to resume operations until [June 15],” William said, projecting the figure to rise to 60,000 to 70,000 in July. [Budi Sutrisno]
Jakarta Post
MRT akan gandeng “start up” kembangkan ekosistem digital
Jakarta (ANTARA) – MRT Jakarta akan menggandeng perusahaan rintisan (start up) sebagai strategi bisnis baru untuk mengembangkan ekosistem digital melalui fasilitas-fasilitas milik perusahaan itu melalui program bernama “MRTJ accel”.
“Jadi kami mengajak ‘start up’ lokal untuk berkolaborasi dengan MRTJ dengan mengembangkan ekosistem digital di sepanjang fasilitas MRT Jakarta dan kawasan TOD (Kawasan terintegrasi) MRT Jakarta,” kata Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar dalam paparannya terkait strategi bisnis MRT Jakarta menyongsong normal baru dalam diskusi virtual, di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, program ini saling menguntungkan bagi kedua pihak. Bagi mereka karena dapat mengembangkan bisnis pakai fasilitas MRT Jakarta, sedangkan bagi MRT Jakarta akan mendapatkan pendapatan dari selain bisnis utama.
Seperti diketahui perusahaan rintisan adalah perusahaan yang terbilang baru dan berbasis digital sehingga masih membutuhkan pengembangan-pengembangan untuk menghasilkan keuntungan dan saat ini muncul dengan pesat beriringan dengan perkembangan teknologi.
Keberadaan perusahaan rintisan ini dinilai MRT Jakarta sebagai peluang yang dapat membantu pendapatan dari penjualan nontiket (nonfarebox).
William mengatakan perusahaan rintisan yang ingin terlibat dalam program ‘MRTJ accel’ itu dapat mendaftarkan perusahaannya secara daring ke situs accel.jakartamrt.co.id yang telah dibuka sejak 8 Juni hingga 10 Juli 2020.
Jika berhasil melewati proses seleksi, nantinya para tim dari perusahaan rintisan itu akan mendapatkan pelatihan dari para pendiri “start up” yang sudah terkenal seperti BukaLapak serta BeliMobilGue.
“Mungkin pada Agustus-September 2020, kita sudah bisa lihat hasilnya di fasilitas-fasilitas MRT karya dari para ‘start up’ terpilih,” kata William.
Di era normal baru, MRT Jakarta akan mengubah model bisnisnya yang sebelumnya hanya berbasis pada pendapatan penjualan tiket, akan merambah pada pendapatan dari nonpenjualan tiket.
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2020


